Sabtu, 19 Maret 2011

manfaat hidup hemat dijaman serba sulit

Hemat pangkal kaya! Begitu petuah yang kita dengar selalu diucapkan oleh orangtua dan orang-orang terdahulu. Mereka selalu mengingatkan bahwa hidup hemat merupakan awal kebahagiaan kita di masa depan. Mereka selalu mengungkapkan manfaat hidup hemat, apalagi di jaman yang serba sulit ini.
Dengan tingkat persaingan hidup dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat memaksa kita untuk hidup berhemat. Sedapat mungkin kita mempererat pengeluaran. Jangan sampai terjadi besar pasak daripada tiang. Sungguh sangat berbahaya dan dapat menyulitkan. Karena itu, manfaat hidup hemat akan sangat terasa pada jaman seperti ini.
Seharusnya kita mulai berpikir dan bertindak hemat dalam segala hal. Tingkat pengeluaran untuk menutup kebutuhan hidup semakin membengkak sehingga penghasilan yang kita peroleh sebulan hanya cukup untuk makan. Apalagi harga barang-barang semakin mahal. Tingkat perubahan harga barang seringkali tidak wajar, seakan harga barang adalah sebuah permainan semata.
Konsep Hidup Hemat
Dalam kondisi kehidupan yang fluktuatif ini, segala hal dapat mengalami perubahan yang serba mendadak dan sangat mencengangkan. Hal ini jika tidak kita antisipasi dengan langkah hidup hemat, tentunya kita sendiri yang kalang kabut harus memenuhi kebutuhan hidup kita.
Memang, kita tidak dapat menurunkan harga barang begitu saja. Apalagi jika kita hanya berposisi sebagai konsumen. Kita harus mengikuti permainan di lingkungan ekonomi tersebut. Dan, seringkali, konsumen adalah korban dari setiap perubahan harga yang terjadi pada barang-barang, khususnya barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara yang seringkali fluktuatif  adalah harga barang kebutuhan sehari-hari ini.
Oleh karena itu, maka kita harus mengencangkan ikat pinggang. Itu artinya kita harus mulai menerapkan pola hidup hemat. Dalam segala hal kita harus berhemat, baik untuk keperluan keluarga masyarakat, maupun  bangsa.  Ini sangat penting sebab ke depannya, kondisi kehidupan semakin ketat.
Hidup hemat berarti kita mencoba untuk membatasi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak prinsip. Dalam hal ini kita tidak perlu menuruti ambisi hidup yang memang ingin serba bagus dan nyaman. Kita harus menyesuaikan tingkat pemenuhan kebutuhan dengan kemampuan kita memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan menerapkan konsep ini, maka setidaknya manfaat hidup hemat akan kita rasakan secara maksimal.
Utamakan Kebutuhan, Tunda Dulu Keinginan
Dalam kehidupan ini ada dua) hal khusus terkait dengan kehidupan kita, yaitu keinginan dan kebutuhan. Dan, dalam upaya mengkondisikan kehidupan agar lebih baik, maka kita harus membuat sebuah pertimbangan khusus saat berhubungan dengan dua hal tersebut.
Mana yang lebih dahulu, keinginan ataukah kebutuhan jika kita ingin memenuhinya?
Pada beberapa kelompok orang, mungkin kedua hal ini tidak begitu menjadi permasalahan sebab kondisi kehidupan yang memang mampu menutup kondisi tersebut. Tetapi, pada posisi yang lainnya, tidak sedikit orang yang kebingungan saat harus menentukan harus memenuhi yang mana terlebih dahulu.
Untuk hal tersebut, maka kita harus memutuskan secara tegas antara pemenuhan keinginan dan kebutuhan. Dan, yang paling jelas, hal utama yang harus kita putuskan adalah mendahulukan kebutuhan dan menunda pemenuhan keinginan. Bahwa kebutuhan jauh lebih utama daripada keinginan,
Dalam kehidupan kita, kebutuhan jauh lebih utama dan harus segera dipenuhi daripada keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus segera dipenuhi, sedangkan keinginan adalah sesuatu yang masih dapat ditunda. Misalnya, ketika ada dua orang datang kepada kita, yang satu membutuhkan makan dan yang satunya menginginkan makan, maka seharusnya yang kita dahulukan adalah yang membutuhkan makan.
Dengan menerapkan konsep mendahulukan kebutuhan, maka proses penghematan dapat kita terapkan dan selanjutnya hal tersebut terkait dengan tingkat kehidupan kita. Dengan hanya memenuhi kebutuhan hidup, maka efektivitas barang lebih baik dan kita tidak tidak bersikap boros. Sementara, keinginan merupakan perwujudan ambisi diri. Dan, ambisi ini bersifat negative.
Untuk Apa Kita Berhemat?
Tentunya ini sebuah pertanyaan yang perlu kita pahami esensi di balik kondisinya. Yang jelas dengan hidup berhemat, maka dapat mengatur tingkat pengeluaran keluarga. Setidaknya kita menjadi lebih baik dalam perekonomian keluarga sebab hidup hemat berarti membatasi pengeluaran dengan menyesuaikan pembelian dengan hanya pada kebutuhan semata.
Banyak hal yang dapat kita peroleh sebagai keuntungan jika hidup kita berhemat, setidaknya ita menghindari lebih besar pasak daripada tiang. Dengan berhemat kita dapat mengatur pengeluaran dana keluarga. Dan, sebagaimana konsep yang sudah ada, maka dengan berhemat kita dapat menyimpan sebagian harta kita untuk  kebutuhan yang lain.
Oleh karena itulah, kita harus mulai menerapkan pol ahidup hemat agar kita mendapatkan manfaat hidup hemat tersebut. Dengan hidup hemat, maka kehidupan kita menjadi lebih baik. Lantas, mengapa kita tetap saja bergaya hidup boros?

hemat , cermat ala orang belanda

elit, kata ini sering diidentikkan dengan stereotype orang Belanda.Bagaimana tidak, mereka punya motto elk dubbeltje omdraaien yang jika diterjemahin kira-kira berarti: putar koin dua kali sebelum berpikir untuk membelanjakannya. Maksudnya, kalau mau pake uang harus pikir-pikir lagi dengan kata lain: berhematlah! Kalaupun harus ada pengeluaran maka harus dapet untung, ‘de kost gaat de baat uit’.
Istilah lain yang terkenal adalah going dutch! Istilah ini diberikan oleh orang Inggris kepada orang Belanda karena kebiasaan orang Belanda bayar makanan dan minumannya sendiri-sendiri, meski mereka yang mengajak atau mengundang orang lain ke restoran!
Pelit bukan hal yang memalukan bagi orang Belanda tetapi merupakan sebuah kebajikan. Menurut cerita, kebiasaan hemat orang Belanda disebabkan karena mereka biasa hidup susah. Sejak jadul, nenek moyang mereka kudu susah payah nimbun sebagian laut jadi daratan, berlayar ke berbagai benua untuk berdagang, karena daratan Belanda dan cuacanya nggak memungkinkan tanaman tumbuh sepanjang tahun. Kerja keras, hidup hemat masih jadi tradisi hingga kini, walaupun Belanda sudah jadi salah satu negara maju.
Layaknya negara maju lain, Belanda menerapkan standard social service & social security, yang biayanya diambil dari pajak masyarakat. Pajak pendapatan masyarakat berkisar antara 30% sampai 60% penghasilan. Pajak lain seperti rumah/lahan, air, energi dan lain-lain dipungut tiap tahun. Dengan pajak yang tinggi ini, penduduk Belanda harus mengatur seluruh pengeluarannya dengan baik, bahkan membuat perencanaan dari jauh hari, misalnya rencana vacantie atau liburan sudah dibuat setaun sebelumnya, memasukkan anak ke opvang (tempat penitipan anak) sebelum si jabang bayi lahir karena waiting list yang panjang. Dilain pihak, pajak yang besar itu menguntungkan bagi masyarakat yang berpendapatan di level UMR. Jadi tidak heran kalau di Belanda tidak kita jumpai orang yang sangat miskin karena orang miskin diberi tunjangan yang berasal dari pajak masyarakat tersebut. Pelayanan masyarakat sangat profesional karena tenaga manusia dibayar pantas, mulai dari buruh kasar seperti pengangkut sampah sampai profesi dokter.
Industri di Belanda menawarkan kehidupan konsumtif. Tengok saja, hampir di semua toko atau supermarket, model barang yang didagangkan selalu berganti setiap pekan, saling bersaing memberikan aanbieding (potongan harga) yang menarik sehingga sayang kalo harus dilewatkan. Nggak heran jika ada sale, toko tersebut pasti diserbu pembeli, tidak hanya membeli untuk keperluan sekali tapi untuk sebulan! Karena prinsipnya seperti yang saya sebut diatas ‘de kost gaat de baat uit’, beli sekarang mumpung murah, kalau besok-besok harga sudah normal lagi, jelas tujuannya: saving money.
Selama hampir 6 tahun menetap di negeri kincir angin ini, saya melihat ada sisi positif dari konsep hidup hemat orang Belanda. Meski tidak terlalu sering kontak langsung dengan orang Belanda karena terbentur masalah bahasa, tetapi informasi dari teman-teman Indonesia yang nikah sama orang Belanda, buku-buku, informasi di internet dan dengan kebiasaan mereka, bikin saya jadi lebih tertarik untuk mempraktikkan sisi positif tersebut.
Beberapa hal yang dapat kita adopsi dari konsep hemat & cermat orang Belanda adalah:
1. Jiwa Berdagang
Sejak zaman dulu orang Belanda dikenal sebagai pedagang ulet, melayari berbagai benua untuk mendapatkan bahan-bahan yang laku di pasar Eropa. Jiwa dagang ini masih tertanam kuat dalam diri orang Belanda, bahkan berdagang sudah mulai diajarkan sejak usia anak-anak. Contohya setiap Koninginedag (perayaan ulang tahun Ratu) tiba, para ortu ngumpulin barang-barang & mainan layak pakai yang sudah tidak dipake lagi dan membawanya ke centrum (pusat Belanja) dimana pada hari itu semua orang boleh berdagang tanpa dikenakan pajak atau sewa tempat. Pagi buta mereka sudah siap menuju lokasi, mengambil tempat dan membiarkan anak-anak mereka menjual sendiri mainan-mainannya. Dengan cara ini orang tua telah mengajarkan bagaimana strategi dagang kepada anak-anaknya.
Saya pun sudah dua kali berkesempatan berdagang di hari Koninginedag. Menjual kembali barang-barang yang tidak dipakai. Dari pengalaman ikut Koninginedag ini, saya jadi makin termotivasi untuk mengembangkan bakat dagang yang sebelumnya sama sekali tidak saya miliki. Terutama keberanian untuk menawarkan barang & belajar tawar menawar.
2. Cermat dalam mengeluarkan uang
Meskipun industri menawarkan konsumerisme tetapi tetap saja orang Belanda akan memilah barang mana yang diperlukan, atau jika harga & kualitas barang tersebut bisa menjadi investasi, mereka tidak ragu untuk membelinya. Koran promosi dari toko-toko yang menawarkan sale, biasa dimanfaatkan untuk mengetahui barang apa saja yang sedang potong harga.
Kita dapat memanfaatkan informasi barang dengan potongan harga tersebut, terutama kalau kebetulan barang yang kita perlukan memang sedang sale. Jika uang cukup, kita bisa beli sesuai dengan anggaran yang disediakan untuk persediaan berikutnya. Dengan gitu, kita telah menghemat anggaran beberapa barang.
Di kota tempat saya tinggal, Den Haag, ada pasar rakyat, mirip pasar tradisional di Indonesia. Di sana dijual aneka barang kebutuhan rumah. Mulai dari bahan makanan sampai perlengkapan rumah tangga. Harga jelas lebih miring dibandingkan toko, meski kualitas tidak ada garansi. Harga akan makin rendah saat hari menjelang sore. Meski bahan makanan yang dijual adalah sisa hari itu tetapi kualitas masih layak konsumsi, bahkan untuk ikan kami bisa borong untuk keperluan 1-2 minggu. Ini strategi lain menghemat pengeluaran.
3. Pandai memelihara barang
Orang Belanda dikenal apik dan teliti memelihara barang. Berbeda dengan di Indonesia dimana setiap barang yang rusak -terutama barang elektronik- bisa dibawa ke tukang reparasi. Di Belanda, harga barang baru dengan upah reparasi hampir sama. Oleh sebab itu, mereka telaten mengurus barang-barangnya. Jika barang rusak mereka lebih memilih membuangnya.
Ketelatenan mereka memelihara barang kadang sangat menguntungkan orang lain. Barang yang masih layak pakai bahkan masih bagus kadang sering dibuang begitu saja di pinggir jalan, karena si empunya sudah bosan sama barang tersebut. Sebelum barang tersebut masuk ke dalam mobil pengangkut sampah, tetangga atau penduduk sekitar boleh mengambil barang tersebut tanpa perlu malu, karena hal itu sudah lumrah. Jangan heran jika pagi-pagi kita bisa membawa pulang meja bahkan TV dan barang elektronik lainnya ke rumah!
Kebiasaan buang barang layak pakai ini, sekarang dimanfaatkan oleh lembaga nirlaba yang disebut  Kringloop yaitu toko barang bekas yang menampung barang yang tidak terpakai lagi, terutama keluarga yang pindah ke luar Belanda dan tidak memerlukan barang-barangnya dibawa, atau hibah barang dari orang-orang jompo yang memilih tinggal di panti perawatan. Di kringloop, barang tersebut dijual lagi dengan harga sangat murah.
Selain membuang & menghibahkan ke kringloop, orang Belanda –dan pendatang juga- kerap memberikan barang secara turun-temurun kepada keluarga & teman (jawa: melungsur). Boleh jadi suatu barang sudah berkali-kali pindah tangan karena terus dilungsurkan. Bagi penduduk pendatang hal ini sangat lumrah & membantu terutama bagi mereka yang baru datang dan masih belum memiliki barang.
4. Sehat & Irit dengan Bersepeda
Negeri Belanda identik dengan negeri sepeda. Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi sudah jadi budaya. Penggunaan sepeda sudah diperkenalkan sejak usia balita. Hampir di setiap pelosok jalan, sudut bangunan apalagi di parkiran stasion, kita akan menemui puluhan bahkan ratusan sepeda diparkir. Di Indonesia, pakai sepeda diidentikkan dengan keluarga pra sejahtera, di Belanda sepeda dipakai mulai dari rakyat kecil hingga menteri. Mereka begitu mencintai budaya bersepeda, bahkan sedemikian pentingnya sampai-sampai demi kenyamanan & keamanan mereka lengkapi sepeda mereka dengan berbagai asesoris, seperti tempat duduk bayi lengkap dengan pengamannya, keranjang, tas belanja, bahkan memodifikasi sepeda mereka dengan bentuk yang aneh disesuaikan dengan kebutuhannya -mengayuh dengan tangan, atau bersepeda dengan posisi tidur terlentang. Makanya jangan heran jika harga sepeda bisa lebih mahal dari harga mobil, bahkan ada yang mengasuransikan sepedanya just in case terjadi kerusakan atau hilang.
Selain sebagai sarana transportasi, sepeda juga dijadikan sarana rekreasi & olahraga. Dengan sarana penunjang yang sangat memadai, seperti disediakannya fiets pad atau jalan khusus untuk kendaraan roda dua, tempat parkir khusus sepeda, dan alat transport lain seperti kereta yang membolehkan kita membawa sepeda ke dalamnya (tetapi dikenakan biaya khusus) dan tentu saja lingkungan & udara yang bersih memungkinkan kita bisa bepergian jauh dengan aman dan tentu saja sangat irit ongkos. Karena biaya transportasi umum disini tergolong sangat mahal, maka sepeda bisa menjadi salah satu solusi penghematan.
5. Hemat energi
Meski Belanda dikenal dengan negeri kincir angin -yang kincir anginnya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik- dan negeri air karena begitu banyak sungai & kanalnya, bukan berarti biaya listrik dan air menjadi lebih murah. Bahkan tergolong mahal karena setiap tahun setiap rumah tangga dikenakan pajak tahunan.
Orang Belanda berupaya hemat energi dengan cara menghindari pemakaian listrik, air dan gas yang berlebihan. Contohnya, mereka tidak pernah menyalakan lampu siang hari & mematikan lampu di malam hari, mencuci dengan mesin cuci pada waktu tertentu yaitu ketika perusahaan listrik memberikan korting, biasanya tengah malam atau pada hari libur. Menyalakan verwarming atau pemanas hanya pada saat musim dingin saja. Menggunakan air seefissien mungkin, begitu juga dengan gas. Berbeda dengan penduduk pendatang, orang Belanda jarang memasak, pun kalau memasak bukan masakan yang harus dimasak lama, untuk air putih mereka juga biasa meminum dari kran, karena air kran memang sudah layak di minum langsung.

mengungkap kesuksesan orang jepang

Berikut adalah 10 rahasia Sukses orang Jepang :

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

kisah 5 orang bodo yang paling sukses

Selamat datang lagi di Blognya Erwin Miradi. Tidak seperti biasanya, kali ini saya ingin membagi sedikit kisah-kisah orang-orang sukses dunia sebagai referensi dan motivasi bersama. Karena untuk bisa mengikuti jejak kesuksesaan, wajib hukumnya buat kita untuk belajar dari mereka-mereka yang sudah sukses. Orang sukses yang saya maksudkan di sini bukan mereka-mereka yang baru dapat seragam perusahaan lantas sudah menulis “dompet saya tebal” di status facebook mereka. Orang-orang sukses ini adalah mereka yang lebih banyak bertindak daripada berbicara dan lebih banyak berusaha daripada mengumbar..
Kesuksesaan orang-orang ini bukan dalam bentuk kebanggaan status sosial atau kebanggaan sebuah seragam, dan karena itu awal karir mereka dipenuhi orang-orang yang meledek mereka ‘bodoh’.  Tapi orang-orang ini dengan sukses mengalahkan semua rintangan yang menghalangi mereka dari keberhasilan,  dan tentunya keberhasilan mereka ini diikuti dengan nominal penghasilan yang gila-gilaan! Yang oleh kebanyakan orang hanya bisa didapatkan lewat mimpi.
1) Bill Gates
bill-gatesWilliam Henry Gates III alias Bill Gates adalah orang terkaya dunia selama 13 tahun berturut-turut sejak 1995 sampai 2007. Dia adalah ketua umum perusahaan perangkat lunak Amerika Serikat, Microsoft Corp. Pada dasarnya, si Bill Gates ini memang anak yang cerdas. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard.
Lalu kenapa orang meledek dia bodoh? Karena Bill Gates gagal menyelesaikan kuliahnya di Harvard dan harus di DO alias Drop-Out. Saya ulangi.. di DROP-OUT! Tidak usah jauh-jauh lah, bayangkan saja apa kata orang tua dan orang-orang di sekitar anda bila anda harus kena DO dari kampus. Pasti banyak bunyi sumbang seperti: ‘Ah dasar memang dianya malas’, ‘Ah dasar memang dia bodoh’, ‘Ah, dasar memang dia ndak bakat jadi orang sukses’ dan lain-lain. Itu karena kebanyakan orang berkuliah bukan untuk mendapat ilmu, tapi untuk dapat titel. Bill Gates, harus mengorbankan kuliah dan kesempatannya mendapat titel untuk fokus kepada penulisan Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang akhirnya menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Sekarang, jumlah kekayaan Bill Gates diperkirakan sebesar 18 trilliun dollar, yang belum juga bisa dibandingkan dengan pendapatan 20 orang pejabat korup terhormat dengan titel-titelnya yang sepanjang 10 senti.. Makan tuh titel.
2) Adam Khoo
adam-khooSi Adam Khoo ini adalah seorang berkebangsaan Singapura. Beda dengan Bill Gates, si Adam Khoo ini memang terkenal ‘batu’, terutama dalam hal akademis. Saking gebleknya, dia sudah dikeluarkan dari sekolah di kelas 4 SD.  Sesusah apa sih pelajaran di kelas 4 SD sampai harus  dikeluarkan?  Jadinya dia masuk ke SD terburuk di Singapura untuk terus melanjutkan sekolah. Saat pendaftaran masuk SMP, dia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, lagi-lagi dia harus masuk ke SMP terburuk di Singapura untuk melanjutkan sekolah. Dengan prestasi akademis yang kerdil ini, wajar saja dia menjadi bahan tertawaan teman-teman sejawatnya waktu itu.
Tapi kekurangaanya di dunia akademis tidak membuntukan ketajamannya di bidang bisnis. Adam Khoo memulai bisnisnya sejak umur 15 tahun. Kini dia bergerak di bidang bisnis training dan seminar. Bahkan di saat usianya baru 22 tahun, Adam Khoo sudah menjadi trainer tingkat nasional di Singapura dengan bayaran $10.000 perjam! Bayangkan saja, di umur 22 tahun saat semua orang masih disibukkan dengan ngeband, kuliah, dan mendaftarkan diri di bank-bank swasta, Adam Khoo yang dibilang bodoh sudah menghasilkan 100 juta rupiah perjam! Kini di usia 26 tahun, dia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset US$ 20 juta per tahun. Lalu bagaimana dengan teman-teman sejawatnya yang dulu meledek nilai akademis Adam? Menelan ludah! Makan tuh nilai akademis.
3) Mark Zuckerberg
Nama panjang orang ini memang bisa membuat lidah keseleo, jadi anda pasti setuju kalau saya cukup memanggilnya Mark saja. Nah, siapa si Mark ini? Anda pasti sudah akrab kan dengan situs jejaring sosial bernama Facebook tempat dimana anda berhubungan dengan kolega, atau tempat anda berusaha mencari jodoh, atau sekedar untuk memajang foto anda dengan narsisnya. Nah, Facebook adalah mesin pencetak uang bagi si Mark. Mark adalah pembuat situs Facebook dan sekarang masih menjabat sebagai CEO jejaring sosial tersebut. Mungkin anda pernah bertanya: “Kok Facebook didominasi warna biru mulu ya?” Itu karena si Mark ini ternyata buta warna hijau dan merah, dan warna terbaik yang bisa dia lihat hanya warna biru.
Lalu kenapa dia pernah dibilang bodoh? Karena si Mark nekat mengikuti jejak seniornya Bill Gates, yaitu di DO alias Drop-Out dari Harvard University. Tapi di DOnya dia bukan karena keasyikan dengan organisasi kampus atau sibuk ‘boya’ cewek-cewek junior, tapi sibuk mengembangkan situs jejaring sosial ini. Di saat teman-teman kampusnya masih sibuk dengan pertanyaan ‘Saya diterima kerja apa tidak ya?’, si Mark sudah menjadi milyarder termuda dalam sejarah, dan itu karena usahanya sendiri dan bukan karena warisan nenek moyang.
4) Thomas Alfa Edison
Kisah hidup Thomas Alfa Edison memang sangat mengharukan. Waktu kecil saya pernah meminjam buku otobiografi Thomas di sebuah perpustakaan umum, dan buku itu selalu berhasil membuat saya menangis. Karena selain kisahnya yang memang mengharukan, bukunya juga terlalu tebal hingga saya terkadang menangis karena kelelahan membaca..bleh.  Siapa yang menyangka kalau sang penemu lampu adalah seorang yang agak tuli dan hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan? Ketika berumur 4 tahun, Thomas Alfa Edison pulang ke rumah dengan membawa secarik kertas dari gurunya. Ibunya kemudian membaca kertas tersebut: “Tommy, anak Ibu, sangat bodoh. Kami minta Ibu mengeluarkannya dari sekolah,”
Tapi apa yang terjadi? Dengan bimbingan Ibunya, Thomas Alfa Edison dengan leluasa dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Di usianya yang relatif muda, Thomas sudah berhasil mengukuhkan temuan-temuannya. Hingga akhir hayatnya, Thomas tercatat memegang rekor 1.093 temuan paten atas namanya. Penghasilannya dari temuan-temuan tersebut pun lebih dari cukup untuk mendirikan perusahanya sendiri. Pada tahun 1928 dia menerima penghargaan berupa sebuah medali khusus dari Kongres Amerika Serikat atas semua temuan-temuan yang telah dia patenkan. Lalu nasib si guru yang dulu mengatai Thomas bodoh lewat suratnya? Boro-boro dapat penghargaan, namanya pun tidak pernah terdengar..
5) Abraham Lincoln
Abraham Lincoln juga adalah salah satu contoh orang yang sukses dalam meladeni kegagalannya. Bayangkan saja, beliau mengalami kegagalan demi kegagalan dalam hidupnya selama 20 tahun!
Gagal dalam bisnis pada tahun 1831.
Dikalahkan di Badan Legislatif pada tahun 1832.
Gagal sekali lagi dalam bisnis pada tahun1833.
Mengalami patah semangat pada tahun 1836.
Gagal memenangkan kontes pembicara pada tahun 1838.
Gagal menduduki dewan pemilih pada tahun 1840.
Gagal dipilih menjadi anggota Kongres pada tahun 1843.
Gagal menjadi anggota Kongres pada tahun 1848.
Gagal menjadi anggota senat pada tahun 1855.
Gagal Menjadi Presiden Pada Tahun 1856.
Gagal Menjadi anggota Dewan Senat pada tahun 1858.
Kira-kira apa yang akan terjadi pada anda bila mengalami kegagalan demi kegagalan terus menerus selama puluhan tahun? Saya pribadi cuma punya 2 jawaban: Menyerah, atau gila. Wajar saja banyak yang menganggap dia bodoh  jika terus memaksakan dirinya berada di dunia politik. Tapi kegagalan Abraham Lincoln dalam dunia politik tidak lantas membuat dia menyerah dan membuka counter pulsa kecil (karena memang handphone saja belum ada), dia terus maju walaupun pada tahun 1836 pernah terpuruk karena kegagalan-kegagalannya. Abraham Lincoln berhasil menjadi presiden Amerika ke -16 pada tahun 1980 dan juga sebagai salah satu Presiden tersukses dalam memimpin bangsanya, menghentikan perang saudara Amerika, dan menghapuskan perbudakan.
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari para ahli sukses di atas? Keberhasilan hanya bisa diraih dengan bertahan dari kegagalan. Dalam proses pencapaian kesuksesan, akan banyak rintangan dari luar, termasuk caci maki dari orang-orang anti-sukses disekitar anda. Tetaplah berani untuk menempuh jalan yang berbeda dari kebanyakan orang, dan tetap percaya pada potensi dan impian anda.. Maka sukses hanya soal waktu. Akhir kata,  Wassalam

kisah 2 sahabat

Cerita sukses kali ini menceritakan dua orang sahabat yang sudah lama berpisah. Sekitar 5 tahun mereka berpisah karena tuntutan karir masing-masing yang berbeda. Setelah 5 tahun berpisah, dua orang sahabat ini bertemu di sebuah rumah makan tanpa sengaja. Rumah makan ini memang rumah makan favorite mereka.
“Hai Joko, apa kabar?” kata Toni dengan wajah berbinar karena bertemu dengan sahabat lamanya. Kontan saja, Joko tesentak kaget karena tiba-tiba sahabatnya ada di depan mata.
“Alhamdulillah baik. Bagaimana dengan kamu? Terlihat makin sukses saja nich.” kata Toni.
“Alhamdulillah, kabar saya baik, juga dengan karir saya.” jawab Joko tak lepas dari senyum gembira.
“Kamu bekerja dimana?” tanya Toni.
“Saya bekerja di PT Bambu Kuning.” jawab Joko sambil tersenyum. Rupanya, Joko memang murah senyum.
Mendengar jawaban Joko, Toni sangat kaget campur kagum, “Hebat kamu… bisa diterima di PT Bambu Kuning. Gede donk gajinya?”
“Alhamdulillah sudah rezeki saya mungkin. Bagaimana dengan kamu?” Joko balik bertanya.
“Alhamdulillah, saya juga mendapatkan pekerjaan yang saya sukai. Namun tidak sebagus di Bambu Kuning. Mungkin nasib saya tidak masuk bekerja disana.” jelas Toni.
“Sebenarnya, kamu memiliki peluang besar untuk bekerja di Bambu Kuning. Seharusnya waktu itu kamu mencobanya.” jelas Joko. “Sebab, Bambu Kuning sebenarnya mencari orang dengan kualifikasi seperti kamu. Saya coba mencari kamu untuk memberitahu, tapi sayangnya kamu menghilang entah kemana.”
“Oh ya?” Toni tersentak kaget. “Apa saya bakal diterima disana?”
“Insya Allah… karena sudah lama Bambu Kuning mencari orang dengan kualifikasi yang kamu miliki. Plus rekomendasi dari saya kamu bakalan diterima. Bahkan, waktu itu, bos memarahi saya. Saya janji akan bawa kamu, tetapi gagal karena kamu menghilang.” jelas Joko.
Toni terdiam. Sebenarnya, Toni memiliki mimpi untuk bekerja di PT Bambu Kuning. Hanya saja, Toni tidak pernah mencoba sekali pun melamar ke perusahaan tersebut. Kini dia terhenyak. Bagaimana tidak… dia melewatkan kesempatan bekerja di tempat idamannya hanya karena dia tidak mau mencoba. Mata Toni mulai berkaca-kaca…
“Sebenarnya… saya ingin bekerja di Bambu Kuning. Hanya saja, saya merasa saya tidak pantas bekerja disana. Itu perusahaan elit, waktu itu saya berpikir kalau saya tidak akan diterima disana.” Jelas Toni agak terbata-bata.
“Lho koq?” Joko balik kaget. “Ton, kamu tau apa yang di pikiran saya? Saya selalu iri dengan kehebatan kamu dan kepandaian kamu. Saya pikir kamu lebih hebat dari saya. Kamu sendiri tau, kalau saya banyak belajar dari kamu. Kamu itu hebat, setidaknya lebih hebat dari saya.”
Toni hanya terdiam.. dia menyesal karena hanya karena tidak percaya diri, dia melewatkan peluang yang selama ini dia idam-idamkan.
“Sudahlah Ton… Lagi pula… kamu sudah bekerja di tempat yang kamu sukai.” kata Joko menghibur.
“Iya juga…” kata Toni sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
***

Hikmah Cerita Sukses Ini:

Anggapan yang salah terhadap diri kita, bisa menjadikan kita salah mengambil keputusan. Terutama keputusan untuk bertindak. Kita bisa banyak melewatkan kesempatan besar jika kita tidak percaya diri. Kita tidak tahu sampai dimana kemampuan kita sebenarnya. Kisah dalam cerita sukses ini hanya salah satu contoh.
Yang penting adalah kita harus terus menerus meningkatkan kepercayaan diri kita. Percaya diri bukan berarti hanya anggapan atau membohongi diri sendiri. Jika Anda mengikuti apa yang dijelaskan di video The Confidence Secret, Anda akan melihat bahwa Anda itu benar-benar hebat, bukan hanya anggapan atau membohongi diri sendiri. Tingkatkan kepercayaan diri Anda, dan saya tunggu cerita sukses dari Anda.